Desember 07, 2022

Updates Desember 2022

Bandar Lampung, 07 Desember 2022

Segala puji bagi tuhan semesta alam, telah berdamai memberikan hidup baik dan sangat layak bagi saya. Bila ditanya apa kabar, saya bersedia menjawab "alhamdulillah, luarbiasa, Allahu Akbar!". Semuanya tampak baik-baik saja hingga membuat saya berpikir demikian pula. Ditambah mulai banyak rutin yang bermanfaat, rutin yang menjelma menjadi bagian dari kebutuhan.

Bangun pagi, sedikit ke pasar, sedikit membantu pekerjaan rumah, terkadang berenang, lalu berangkat kerja, kemudian bekerja sampai sore, pulang ke rumah untuk beristirahat, kadang banyak menghabiskan waktu sia-sia menonton anime, kadang membaca tapi jarang, dan sekarang mencoba menulis kembali. setelah esay LPDP diponten kecil oleh panitia. hahahahahahahhahahahahahhahahahahahahhahahahahaha.

Kegiatan rutin lainnya mengantar ibu kontrol dokter spesialis di rumah sakit. Cukup mejadi makanan rutin bulanan untuk kontrol. Saya menikmati mengantri sedari pagi untuk tiket pendaftaran. Saya menikmati mengantri berjam-jam untuk bertemu dokter spesialis di rumah sakit. Saya menikmati bercengkrama panjang lebar dengan ibu dan kadang bapak di ruang tunggu dokter spesialis. Mencoba berbagi sudut pandang, mencoba sharing ini itu. Menyenangkan. Bukan sarkas, sungguhan.

Pingin menyertakan foto-foto untuk kenang-kenangan, tapi selalu lupa. Semoga berikutnya ingat! Sampai jumpa besok-besok.

-ade nurul ashifa-

Share:

Pertempuran Dua Tahun di Semarang *part 1

It is not really a war though. But it is. A war againts myself so called.

penderitaan sering datang dari diri sendiri, kurang bersyukur, kurang ngobrol, kurang ibadah, sebutkan sepuluh maka ku-iya-kan tujuh belasnya.

***

I got my diploma, I got myself going mad, I got myself doing mental, but I am okay.

***

Mari bercerita perihal dua tahun di Semarang. Bagaimana seorang lulusan diploma tiga, pernah bekerja setahun di kampus lama, kemudian melepas pekerjaan untuk merantau di Semarang untuk sekolah. Terdengar menyenangkan, berasa aman dan jauh dari kata riuh.

2019

- Mengurusi pendaftaran dan mengikuti tes ke Semarang. Terkesan sederhana, tapi tidak. Banyak ongkos yang habis, keringat orang tua yang belum kering, tapi harus tetap dijalani selagi mampu 'kan?

- Diterima. Alhamdulillah. Tapi ada juga yang tidak, tapi semua selalu dapat yang terbaik dariNya. Alhamdulillah.

- Mulai mencari kos. Sehari saja cukup. Langsung bayar dan pindah masuk barang-barang yang ada. Aman. Kosan yang lumayan mahal, tapi semua terbayar di akhir, bagaimana kenyamanan sangat diperlukan bagi jiwa renta ini.

- Berkuliah, beradaptasi, melakukan penelitian, bahkan memulai penelitian di era pandemi covid-19. DUARRR!!!

Share:

November 30, 2021

I lost you so much

Za, kita udah lama ngga ke perpustakaan untuk sekadar ngobrol panjang lebar. 

Za, terakhir kali kita ketemu pas aku liburan ke Bogor, escaping cenah haha.

Za, Radit Zaaaa!

Za, terimakasih ya sudah menemani masa smp dan sma yang sulit. Selalu sulit untukku karena aku yang sulit bergaul, pemalu, minderan. Terlalu sulit untuk membayangkan kalau nggaada kamu. Kamu bawa banyak cerita, kamu bawa banyak berita, kamu bawa banyak cita-cita, kamu pernah bawa sedih, terimakasih. 

Za, sebenernya aku random buat pergi liburan ke Bogor sendirian, nginep di rumahmu, ke jungle land sendirian, hampir ketinggalan pesawat dan salah naik damri, karena richesse factory. Semuanya berkesan banget. Mungkin aku ngga lama di Bogor, tapi aku bersyukur banget bisa menghabiskan waktu lagi di 2017. 

Za, sekarang aku sedih nggaada kamu. Aku dapet kabar dari mamamu, pakai nomor telpon kamu. Aku nggabisa hadir untuk ketemu kamu buat yang terakhir kalinya. Maaf za, aku nggaada disana. Maaf za, aku nggatau harus apa karena jarak. Aku tau, baru beberapa bulan lalu kamu pergi, tapi rasanya udah lama banget za. 

Za, wait for me there, we knew our favo places right? Just wait for me.

Share:

S.Tr.Keb, Bdn

Selamat bulan Desember saudara sekalian.

Tahun baru sudah di depan mata, masa depan harus tetap dikejar, covid-19 masih ada -bahkan ada varian baru, omicron namanya-. Berbicara soal covid-19, saya kebetulan diwisuda sarjana di Agustus tahun 2020. Dimana saya menggarap skripsi pada awal tahun 2020, saat covid-19 mulai merajalela. Sulit? Sepi? Menyedihkan? Iya. Kembali pada topik wisuda dimasa pandemi, tepat pada Agustus 2020 juga saya mulai di semester baru untuk program pendidikan profesi, dengan kata lain saya wisuda sekaligus menjalankan perkuliahan di program profesi secara bersamaan. Hari wisuda saya bertepatan dengan hari kami semua praktik klinik. Direncanakan bahwa saya akan wisuda di rumah secara daring, tapi ibu partus berkata lain. Saya berakhir wisuda di klinik dengan menunggu kala 4 di ruang jaga bersama kak aul, berfoto dengan scrub, pakaian seadanya, koneksi sekenanya. How pathetic?

Melanjutkan cerita sedih dimasa wisuda pandemi. Tahun ini Oktober 2021 saya diwisuda kembali, untuk menyandang gelar keprofesian saya. Kasus covid-19 sudah mulai turun, pelonggaran kebijakan terjadi di banyak tempat. Pulau Jawa sudah menjalankan PPKM Level 1 yang berdampak pada kegiatan wisuda 2021. Kami diwisuda secara luring. Thank god!. Obviously, the news make us happy, after all we've been through in pandemic era like this. We thought this is our payback. But it isn't. Kami diwisuda tanpa pendamping. Another sad story. Kami sudah terlalu bodoamat untuk meminta lebih, we are glad we passed all the curse, we made it. 

Tertanda,

Ade Nurul Ashifa, S.Tr.Keb, Bdn

Share:

Juli 01, 2020

Pilihan Saya

hai

hari ini saya masih berada di kosan
alhamdulillah 23 juni lalu, saya telah melaksanakan seminar hasil skripsi dan sekarang masih revisinya aja

menjadi bidan
'pilihan' saya yang coba diyakinkan berbulan bulan kepada diri saya oleh orang di sekitar saya

menjadi mahasiswa rantau
pilihan yang coba saya ambil dengan dalih melanjutkan pendidikan agar berani dan memiliki ilmu yang mumpuni untuk terjun ke masyarakat

menjalani perkuliahan di tana rantau dimana teman-teman sudah berada di 'rumah'
mungkin pilihan saya yang harus saya lakukan demi terselesaikannya pendidikan saya, karena dimana 'rumah' saya?

menjalani kehidupan di kosan yang sepi tanpa dukungan moril dari keluarga
mungkin pilihan saya yang harus saya lakukan. tidak setiap 24 jam ada orang yang mengobrol dengan saya. privasi saya sangat terjaga, terlalu terjaga malah.

menjadi anak kedua
mungkin juga pilihan saya di alam ruh sana saat YME menanyai saya dan menuliskan takdir saya hingga detik ini

menjadi hidup
mungkin pilihan saya karena saya tidak mau merusak martabat keluarga terpandang, dan saya sebagai si anak baik-baik yang penurut dan sangat rohaniah dengan bunuh diri untuk mengakhiri semua pilihan saya yang salah

mungkin akan selesai di usia 25 tahun atau lebih?
ini pilihan saya
Share: