Jadi gue mau
ngebahas tentang manusia-manusia yang gue temui belakangan. Atau yang sering
gue temui belakangan. Semenjak gue menginjak bangku SMA, pikiran semua orang
udah berubah. Mulai dari cari kuliah, pilih jurusan, fakultas apa yang cocok,
sampai pada akhirnya milih-milih kerjaan. Itu semua merupakan hal yang lumrah
dan menurut gue ide yang bagus. Merencanakan masa depan mulai dari sekarang.
Iya, mulai dari sekarang.
Jadi seiring
berjalannya waktu, pembahasan gue dan teman-teman gue saat ngobrol pun makin
bervariasi. Dari mulai ngegunjing, gunjing temen, gunjing guru, gunjing artis,
gunjing politikus. Pokoknya semua yang bisa dibicarain pasti keluar. Sampai
pada suatu hari kami menemukan topik yang menarik. Pemilihan jurusan untuk
dunia kerja dan masalah keluarga. Naaah... disini masalah yang mau gue bahas.
Pandangan
kawan-kawan gue itu gini (ini cara pandang wanita)... kalau seandainya Tari
sebagai perempuan, memilih jurusan keperawatan. Itu cocok buat Tari. Kedepannya
Tari bakal kerja jadi perawat di rumah sakit atau puskesmas di tempat yang Tari
mau. Untuk urusan keluarganya, Tari juga gak begitu riweuh. Anak-anaknya bakal
terjamin sering ketemu dia, suaminya pun bakal keurus sama dia. Kalaupun suami
Tari pindah-pindah dinas, Tari juga masih bisa ikut. Tapi, kalau seandainya
dulu Tari milih jurusan Teknologi Industri, kedepannya Tari bakal kerja di
pabrik. Terserah jadi apapun. Dan “sepengetahuan” mereka (baca = teman-teman
gue), kalau kerja di pabrik itu pake ‘sip’. Dan kalau suatu saat Tari punya
berkeluarga, anak-anak jadi bakal kurang dekat karena jarang ketemu sama Tari
karena jam kerja Tari. Suaminya pun jadi sulit kalau mau pindah-pindah dinas.
Karena Tari sudah terikat kontrak sama pabrik tempat Tari kerja.
Gue Cuma bisa
senyum-senyum sepet waktu denger statement mereka.
Kalau pandangan
gue simple aja. Mau lo di jurusan apapun dan kerja di manapun, masalah keluarga
dan suami/istri itu urusan nanti-nanti keleeees. Terus, kalau seandainya lo
kerja di tempat yang “safety” apakah keluarga lo bakal
sakinah,mawadah,warohmah? Semuanya balik lagi ke diri lo. Gue sendiri punya
pikiran kalo gue milih jurusan bukan hanya untuk masa depan gue, tapi juga
uuntuk kebahagiaan gue. Oke, gini. Gue hidup hampir 17 tahun. Dan gue belum
bisa ngebahagiain diri gue dengan uang hasil keringat gue sendiri dari hasil
kerja yang gue gemari. So kalau gue kerja nanti, gue tinggal nunggu waktu yang
tepat buat nikmatin “kebahagiaan” gue sendiri. Tanpa pusing-pusing mikirin
anak, suami, blablablaaa.
Menurut gue lagi.
Kalaupun pekerjaan yang lo lakuin selama ini bikin ganggu rumah tangga lo. Ya
tinggal resign aja. Manusia kekinian kayak kita-kita gini masa gak punya ide
kreatif buat bikin lapangan kerja? Atau gak yang paling simple adalah ide
kreatif buat menghasilkan uang sendiri, walaupun pasangan hidup lo juga bakalan
cari uang buat lo. Ya setidaknya “kebahagiaan” itu masih berlanjut. Anyway... Nasib
kita 10 atau 25 tahun kedepan yang tau Cuma Allah. Tau apa manusia? Manusia
Cuma bisa berusaha semaksimal mungkin dan berdoa buat yang terbaik untuk
dirinya dan orang disekitarnya. Sekian.